Tidak sedikit manusia yang menyembah pohon dan batu, atau menyembah binatang. Tapi yang lebih berbahaya dari itu semua adalah ketika manusia menyembah hawa nafsunya dan menjadi budaknya.
Karena menuruti hawa nafsulah para Rasul didustakan, kehormatan dirusak dan dilecehkan, kewajiban disia-siakan, darah dialirkan dan harta kekayaan diambil dengan sewenang-wenang.
Ibnu Katsir rahimahullah dlam Al-Bidayah wa An-Nihaya (3/6) menyebutkan bahwa pada tahun 589 H terjadi sebuah peristiwa aneh.
Dikisahkan, ada putri seorang pedagang tepung yang mencintai pembantu ayahnya. Ketika ayahnya mengetahui perbuatan putrinya tersebut, ia mengusir pembantunya dari rumah. Suatu malam, putrinya meminta sang pembantu untuk mendatanginya secara diam-diam, lalau meninggalkannya di salah satu rumahnya.Sampai di sini, cerita mengalir begitu saja tanpa keanehan. Namun, yang aneh adalah apa yang terjadi setelah itu. Ketiak suasana rumah mulai sepi dan sunyi dan para penghuninya sudah terlelap tidur, gadis tersebut menyuruh sang pembantu untuk menghampiri ayahnya lalu membutuhnya, juga ibunya. Setelah itu ia memberi pemuda tadi perhiasan senia dua ribu dinar. Tidak selang beberapa lama sang pembantu tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Berikutnya ada kejadian lain yang tidak jauh berbeda dengan peristiwa sebelumnya. Peristiwa ini terjadi pada bulan Oktober 1933 di Prancis. Peristiwa ini sangat menghebohkan, ketika seorang laki-laki mempunyai seorang anak gadis satu-satunya yang mulai menginjak usia remaja dan sedang menikmati keremajaannya. Ia tinggal di sebuah asrama pelajar dan memiliki banyak teman. Salah seorang pacarnya menginginkan sebuah kendaraan. Gadis tersebut berniat membunuh orangtuanya lalu menguasai hartanya agar bisa membelikan kekasinyakendaraan.Adapun sisanya bisa digunakannya untuk bersenang-senang dan berhura-hura.
Gadis itu pun menghampiri kedua orangtuanya, lalu meracuninya. Begitu meminum racun tersebut ayahnya langsung menghembuskan nafasnya yang terakhir kemudia ia mengambil uang darinya lebih dadri 10.000 Frank. Ibunya tidak langsung meninggal, maka ia melukainya sampai ia yakin bahwa ibunya telah mati. Setelah itu, ia mengambil hartanya sebesar 1500 Frank. Setelah itu, ia segera pergi ke asrama menemui kekasinya yang sudah menungguinya. Selama tiga hari, ia bersenang-senang dan berhura-hura.
Kejadian itu akhirnya diketahui pihak kepolisian. Mereka memerintahkan untu mengubur ayahnya. Adapun ibunya yang ia kira sudah mati ternyata masih hidup setelah mendapatkan pengobatan dan perawatan.
Sesungguhnya manusia, ketika jauh dari pengawawan Rabb-nya dan Penciptanya, maka ia akan menjadi budak bagi hawa nafsu dan syahwatnya. Saat itu, tak ada bedanya dirinya dengan seekor binatang, bahkan binatang lebih baik. Firmannya : "Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi (QS. Al-Araf, 179)