Saudaraku, inilah sifat-sifat kaum salaf dan orang-orang kaya dari kalangan shahabat dan tabiin, yang lulus dari madrasah nubuwah dan meminum dari mata air wahyu yang suci. Madrasah yang membuahkan kelembutan hati, kejernihan jiwa, kelunakan hati, kasih sayang, itsar, dermawan, murah hati, harga diri, dan pengorbanan. Dimanakah posisi kita dibanding mereka? Dari madrasah mana kita lulus? Dari mata air mana kita minum? Kepada siapa kita berhaluan? Ke mana kita berjalan?
Saudaraku, terkadang orang yagn memberi utang melihat sis pengutang sedang dalam kesulitan dan tidak memiliki makanan untuk hari itu. Namun, tidak timbul empati di dalam dirinya, bahkan dengan tega menagis piutangnya. Ia "kejar" si pengutang dari segala arah. Ia temui di rumah, di tempat kerja, di masjid, maupun dihubungi melalui telepon. Ia lupa firman Allah :
وَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ وَأَن تَصَدَّقُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Sumber : http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=2&nomorayat=280)
Di antara kebaikan agama Islam ialah menangguhkan orang yang kesulitan membayar utang. Abu Hurairah ra menuturkan bahwa Nabi SAW pernah bercerita, "Pada zaman dahulu, ada seorang pedagang yang memberi utang kepada orang-orang. Apabila melihat orang yang kesulitan, ia berkata kepada pelayannya, "Maafkanlah ia semoga Allah memaafkan kita. Maka Allah pun memaafkannya."
Diriwayatkan juga, Nabi SAW bersabda, "Barang siapa memberi tangguh pada orang yang kesulitan membayar utang maka baginya (utang) itu senilai satu sedekah setiap hari."